Friday, June 29, 2012

Sebatang Lilin

Sudah jarang ditemui di zaman sekarang ini. Mungkin mereka yang menengah ke atas sudah tidak membutuhkannya lagi, toh ada emergency lamp. Tapi sebatang lilin memiliki karakter yang mulia.
Salah satu komunitasku selalu bertanya ketika anggotanya aktif di lingkungan luar komunitas, “Apakah kamu jadi lilin di sana?” Lilin selalu menerangi sekelilingnya, walaupun tidak seterang lampu emergensi. Seorang tokoh agama, Master Cheng Yen, berkata, “Jadilah sebatang lilin, yang rela menangis demi memancarkan cahaya kebajikan” Lelehan lilin melambangkan air mata, dan air mata mewakili penderitaan (dalam hal ini), berkorkan demi orang lain. Dari penderitaan itu muncullah sebuah cahaya, kecil tapi tetap cahaya, yang menerangi sekitarnya. Walau penerangan itu tak luas, tapi selalu terang dalam kegelapan. Sangat menolong mereka yang tersesat.
Seiring melelehnya lilin tersebut, semakin lama cahaya itu bertahan. Dan semakin lama, cahaya itu sirna karna lilin pun sudah tak dapat meleleh lagi. Begitu juga dengan hidup ini, menjadilah terang (walaupun tak seterang lilin lain) hingga tak dapat lagi merasakan penderitaan